Teori
tentang Proses Perkembangan
Perkembangan
diartikan sebagai proses menuju pencapaian kedewasaan atau tingkat yang lebih
sempurna pada makhluk hidup.
1.
Teori
Perkembangan Sigmund Freud
Sigmund
Freud adalah seorang psikoanalisis asal Austria yang mengemukakan bahwa
perkembangan psikoseksual anak terdiri atas :
a.
Fase
oral (0-11bulan)
Selama masa bayi,sumber
kesenangan anak berpusat pada aktivitas oral yaitu : mengisap, menggigit, mengunyah,
dan mengucap serta ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi
untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah
menyapih dan makan.
b.
Fase
anal (1-3tahun)
Kehidupan anak berpusat pada
kesenangan anak memmpelajari sesuatu hal yang baru. Pada fase ini tugas yang
dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan. Anak senang menahan feses,
bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginannya. Untuk itu toilet training adalah waktu yang tepat
dilakukan dalam periode ini.
Masalah yang dapat diperoleh
dalam tahap ini adalah bersifat obsesif dan bersifat implusif yaitu dorongan
membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.
c.
Fase
phalik/oedipal (3-6 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada
genetalia dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai suka pada lain jenis. Anak
mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin. Anak mulai memahami identitas
gender (anak sering meniru ibu atau ayah dalam berpakaian).
d.
Fase
laten (6-12 tahun)
Kepuasan anak mulai
terintegrasi,anak akan menggunakan energi fisik dan psikologis untuk
mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya,melalui aktifitas fisik maupun
sosialnya. Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan
jenis kelamin yang sama,demikian juga sebaliknya. Pertanyaan anak semakin
banyak, mengarah pada sistem reproduksi (orang tua harus bijaksana dan
merespon).
Oleh karena itu apabila ada anak
tidak pernah bertanya tentang Seks, sebaiknya orang tua waspada (peran ibu dan
bapak sangat penting melakukan pendekatan dengan anak).
e.
Fase
genital (12-18)
Kepuasan anak akan kembali
bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.
2.
Teori
Perkembangan Erik H Erikson
Erik H. Erikson adalah seorang
pakar sosiolog kebangsaan Jerman, dia mengemukakan teori perkembangan afektif yang
terdiri dari 8 tahap :
a.
Percaya
vs Tidak Percaya (0-1tahun)
Pada tahap ini bayi sudah
trbentuk rasa percaya kpd seseorang, baik ortu atau orang yang mengasuhnya/
perawat yang merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan
dalam mengasuk dan merawat maka akan timbul ras tidak percaya.
b.
Tahap
Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan
mandiri dalam tugas kemandirian seperti dalam motorik kasa,halus : berjijit,
memanjat, berbicara, dll. Sebaliknya rasaa malu dan ragu akan timbul apa bila
anak merasa diri nya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemandirian aatau
kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak
c.
Tahap
Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Anak akan mulai inisiatif dalam
belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya
melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan
menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Apabila dalam tahap ini anak dilarang
atau dicegah maka,akan tibul rasa bersalah pada diri anak.
d.
Industry
vs Inferiority (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerja
sama dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun pergaulan melalui permainan
yang dilakuakan bersama. Anak selalu berusaha mencapai sesuatu yang diinginkan
, sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak
terlalu mendapat tuntutan dari lingkungan nya, dan anak tidak berhasil
memenuhinya maka akan tibul rasa inferiority (rendah diri). Reinforcement
(bantuan) dari orang tua atau orang lain menjadi begitu penting untuk
menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.
e.
Tahan
identitas dan kerancuan peran (12-18 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan
dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal
akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian, Apabila kondisi
tidak sesuai dengan susana hati maka dapa menyebabkan kebingungan dalam peran.
f.
Keakraban
vs kesendirian (19-25 tahun)
Pada tahap ini keberhasilan tidak
bergantung secara langsung kepada orang tua.Jika keakraban tidak terdapat pada
sesama teman atau orang lain maka akan terjadi kesendirian tanpa adanya orang
lain untuk berbagi rasa dan saling memperhatikan.
g.
Generativity
vs self absorption (25-45 tahun)
Generativity berarti bahwa orang
mulai memikirkan orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi
yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup.
Generativity ini tidak hanya
terdapat padaorang tua tetapi terdapat pula pada individu individu yang secara
aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat kerja
yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak
berhasil mencapai generativity ini berarti ia berada dalam keadaan self
adsorption (hanya memusatkan perhatian pada kebutuhan kebutuhan dan kesenagan
pribadinya).
h.
Integrity
vs despair (45- ...)
Pada tahap ini individu sudah
mendekati kelengkapan dan merupakan masa masa untuk menikmati pergaulan dengan
cucu-cucu .Integrity timbul dari kemampuan individu untuk melihat kembali
kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair
yaitu keadaan dimana individu yang menengok kebelakang dan meninjau kembali
kehidupannya di masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah,
serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.
3.
Teori
Perkembangan Jean Piaget
Seorang pakar psikolog dari
swiztzerlan yang memngemukakan proses anak sampai mampu berfikir seperti orang
dewasa melalui 4 tahap perkembangan yaitu :
a.
Tahap
sensorik-motorik (0-2tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar,
menyentuh, dan aktifitas motorik. Semua gerakan akan diarahkan ke mulut dengan
merasakan keingin tahuan sesuatu dari apa yang dia dilihat, didengar, dan
disentuh.
b.
Tahap
praoperasional (2-7tahun)
Perkembangan anak masih bersifat
egosentrik. Pikiran anak bersifat transduktif : menganggap semua sama,
contohnya : seorg pria di keluarga adalah ayah, maka semua pria itu adalah ayah.
Pikiran anak bersifat animisme : selalu memperhatikan adanya benda mati,contoh
: apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda
tersebut.
c.
Tahap
operasional konkret (7-11tahun)
Pemikiran
anak meningkat atau bertambah logis. Kemampuan berfikir anak sudah
operasional,imajinatif dan dapat menggali objek untuk memecahkan suatu masalah.
d.
Tahap
Operational formal (11-15 tahun)
Anak dapat berfikir dengan pola
yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang
logis. Anak dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikiran yang
abstrak,teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu
berfikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berfikir untuk
memecahkan masalah.
Daftar Pustaka
Slavin,Robert
E.2009.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Indeks
Sumantri,Mulyadi
dan syaodih,nana.2009.Materi Pokok
Perkembangan Peserta
Didik.Jakarta:Universitas
Terbuka
http://teori-teori perkembangan anak.HTM
http://www.biography.com/people/jean-peaged-9439915
http://www.biography.com/people/sigmund-freud-9302400
chelbryden.wordperss.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar