Kamis, 14 Maret 2013

Pengembangan Peserta Didik


Teori tentang Proses Perkembangan
Perkembangan diartikan sebagai proses menuju pencapaian kedewasaan atau tingkat yang lebih sempurna pada makhluk hidup.
1.      Teori Perkembangan Sigmund Freud
Sigmund Freud adalah seorang psikoanalisis asal Austria yang mengemukakan bahwa perkembangan psikoseksual anak terdiri atas :
a.       Fase oral (0-11bulan)
Selama masa bayi,sumber kesenangan anak berpusat pada aktivitas oral yaitu : mengisap, menggigit, mengunyah, dan mengucap serta ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang diperoleh pada tahap ini adalah menyapih dan makan.

b.      Fase anal (1-3tahun)
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak memmpelajari sesuatu hal yang baru. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginannya. Untuk itu toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan dalam periode ini.
Masalah yang dapat diperoleh dalam tahap ini adalah bersifat obsesif dan bersifat implusif yaitu dorongan membuka diri, tidak rapi, kurang pengendalian diri.

c.       Fase phalik/oedipal (3-6 tahun)
Kehidupan anak berpusat pada genetalia dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai suka pada lain jenis. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin. Anak mulai memahami identitas gender (anak sering meniru ibu atau ayah dalam berpakaian).

d.      Fase laten (6-12 tahun)
Kepuasan anak mulai terintegrasi,anak akan menggunakan energi fisik dan psikologis untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya,melalui aktifitas fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin yang sama,demikian juga sebaliknya. Pertanyaan anak semakin banyak, mengarah pada sistem reproduksi (orang tua harus bijaksana dan merespon).
Oleh karena itu apabila ada anak tidak pernah bertanya tentang Seks, sebaiknya orang tua waspada (peran ibu dan bapak sangat penting melakukan pendekatan dengan anak).

e.       Fase genital (12-18)
Kepuasan anak akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis.

2.      Teori Perkembangan Erik H Erikson
Erik H. Erikson adalah seorang pakar sosiolog kebangsaan Jerman, dia mengemukakan teori perkembangan afektif yang terdiri dari 8 tahap :
a.       Percaya vs Tidak Percaya (0-1tahun)
Pada tahap ini bayi sudah trbentuk rasa percaya kpd seseorang, baik ortu atau orang yang mengasuhnya/ perawat yang merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuk dan merawat maka akan timbul ras tidak percaya.

b.      Tahap Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (1-3tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas kemandirian seperti dalam motorik kasa,halus : berjijit, memanjat, berbicara, dll. Sebaliknya rasaa malu dan ragu akan timbul apa bila anak merasa diri nya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemandirian aatau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak

c.       Tahap Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka,akan tibul rasa bersalah pada diri anak.

d.      Industry vs Inferiority (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerja sama dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun pergaulan melalui permainan yang dilakuakan bersama. Anak selalu berusaha mencapai sesuatu yang diinginkan , sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu.
Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungan nya, dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan tibul rasa inferiority (rendah diri). Reinforcement (bantuan) dari orang tua atau orang lain menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu.

e.       Tahan identitas dan kerancuan peran (12-18 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian, Apabila kondisi tidak sesuai dengan susana hati maka dapa menyebabkan kebingungan dalam peran.

f.       Keakraban vs kesendirian (19-25 tahun)
Pada tahap ini keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua.Jika keakraban tidak terdapat pada sesama teman atau orang lain maka akan terjadi kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagi rasa dan saling memperhatikan.

g.       Generativity vs self absorption  (25-45 tahun)
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup.
Generativity ini tidak hanya terdapat padaorang tua tetapi terdapat pula pada individu individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat kerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai generativity ini berarti ia berada dalam keadaan self adsorption (hanya memusatkan perhatian pada kebutuhan kebutuhan dan kesenagan pribadinya).

h.      Integrity  vs despair (45- ...)
Pada tahap ini individu sudah mendekati kelengkapan dan merupakan masa masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu .Integrity timbul dari kemampuan individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair yaitu keadaan dimana individu yang menengok kebelakang dan meninjau kembali kehidupannya di masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.



3.      Teori Perkembangan Jean Piaget
Seorang pakar psikolog dari swiztzerlan yang memngemukakan proses anak sampai mampu berfikir seperti orang dewasa melalui 4 tahap perkembangan yaitu :

a.       Tahap sensorik-motorik (0-2tahun)
Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, dan aktifitas motorik. Semua gerakan akan diarahkan ke mulut dengan merasakan keingin tahuan sesuatu dari apa yang dia dilihat, didengar, dan disentuh.

b.      Tahap praoperasional (2-7tahun)
Perkembangan anak masih bersifat egosentrik. Pikiran anak bersifat transduktif : menganggap semua sama, contohnya : seorg pria di keluarga adalah ayah, maka semua pria itu adalah ayah. Pikiran anak bersifat animisme : selalu memperhatikan adanya benda mati,contoh : apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut.

c.       Tahap operasional konkret (7-11tahun)
Pemikiran anak meningkat atau bertambah logis. Kemampuan berfikir anak sudah operasional,imajinatif dan dapat menggali objek untuk memecahkan suatu masalah.

d.      Tahap Operational formal (11-15 tahun)
Anak dapat berfikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Anak dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikiran yang abstrak,teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis membuat mereka mampu berfikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berfikir untuk memecahkan masalah.









Daftar Pustaka
Slavin,Robert E.2009.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Indeks
Sumantri,Mulyadi dan  syaodih,nana.2009.Materi Pokok Perkembangan Peserta
Didik.Jakarta:Universitas Terbuka
http://teori-teori perkembangan anak.HTM
http://www.biography.com/people/jean-peaged-9439915 http://www.biography.com/people/sigmund-freud-9302400
chelbryden.wordperss.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar