Rabu, 06 Maret 2013

jual beli dalam Islam


Pengertian jual beli
Secara etimologis jual beli berarti pertukaran mutlak. Berasal dari bahasa arab al-ba’i ”jual” dan asy syira “beli” penggunaanya disamakan antara keduanya. Dua kata tersebut memiliki pengertian lafadz yang sama dan pengertian yang berbeda. Menurut sayyid sabiq jual beli adalah pertukaran harta terntu dengan harta lain berdasarkan keridhaan antara keduanya. Dalam bukunya al jaziri dikatakan bahwa menjual berarti mempertukarkan sesuatu dengan sesuatu. Menukarkan barang dengan barang –secara bahasa- disebut menjual, sebagaimana menukarkan barang dengan uang.
Dalam bukunya hendi suhendi istilah jual beli sama dengan perdagangan yang berarti al ba’i at tijarah, dan al mubadalah, sebagaiaman firman allah surta fathir 29:
š
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,
Menurut istilah ada beberapa pendapat menurut para fuqaha:
  1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uangdengan jalan melepaskan hak milik dari satu keapda yang lain atas dasar saling merelakan.
  2. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai denagn atuaran syara’
  3. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola dengan ijab qobul dengan cara yang sesuai dnegan syaraq’
  4. tukar menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus (dibolehkan)
  5. penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.
  6. aqad yang tegak atas dasar penukaran harta dengan harta maka jadilah penukaran hak milik secara tetap.
Dari beberapa definis diatas dapat dipahami bahwa inti jual beli adlah suatu perjanjian tukar menukar barang atau benda yang memiliki nilai secara sukarela diantara keduabelah pihak yang satu menerima benda-benda dan pihak lainnya menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati. Yang dimaksud dengan ketetapan hukum aldah memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal lainya yang ada kaitannya dengan jual beli. Jika tidaks esuai makan tidak memnuhi kehendak syara’. Sedang yang dimaksud dengan benda adalah dapat mencakup pada pengertian barang atau uang. Dan sifat benda tersebut harus dapat dinilai. Jual beli benda yang tidak sesuai maka jual beli itu fasid.
Jual beli menurut malikiyah ada dua macam ayitu jual beli khusus dan jual beli umum. Jual beli umum ialah perikatan tukar menukar yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adaalah akad yang mengikat keduabelah pihak. Tukar menukar adalah salah satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan oleh pihak lainnya. Dan sesuatu bukan manfaat adalah dzat, ia berfungsi sebagiobjek penjualan jadi bukan manfaatnya atau hasilnya. Sedang jual beli khusus adalah ikatan tukar menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan pula kelazatan uyang mempunyai daya tarik, pertukarannya buikan emas dan bukan pula perak, bendanya dapat direalisir dan ada seketika, tidak merupakan hutang baik barang itu ada dihadpan sipembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu seperti salam
Hukum jual beli
Ayat-ayat ini jelas mengisyarakat bolehnya jual beli walaupun dikaitkan dengan tujuan yang lain:
Padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Dalam hadits Nabi SAW dinyatakan:
Seorang yang mengambil tali lalu membawa seikat kayu bakar diatas penggungnay lalu menjualnya sehingga dirinya tidak memintaminta, lebih baik daripada mengemis kepda orangorang, mereka memberi atau tidak (HR bukhori)
Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jawajwut dengan dengan jawawut, tamar dengan tamar, garam dengan garam dengan ukuran sama dan timbangan yang sama. Barang siapa melebihkan atau meminta tambah berarati ia melakukan riba. Jika berbeda jenis, maka juallah sekehendakmu. (HR. Imam muslim)
Pernyataan maka juallah sekehendakmu jelas mengisyarakatkan bolehnya jual beli. Sebenarnya masih banyak yang menjelaskan akan dalil jual beli disini baik yang dilarang atau yang dibolehkan.
Rukun dan syarat jual beli
Rukun jual beli ada tiga yaitu; shighoh, pelaku akad, dan objek akad. Masingmasing dari tiga hal tersebut terdiri dari dua bagian. Pelaku akad terdiri dari penjual dan pembeli. Objeknya terdiri harga dan barang. Shighoh terdiri dari ijab dan qobul.
  1. Pelaku akad
syaratnya adalah:
  1. berakal, agar dia tidak terkecoh. Orang gila atau bodoh tidak sah jual belinya
  2. kehendak pribadi. Maksudnya bukan atas paksaan orang lain sesuai dengan surat an nisa ayat 29
  3. tidak mubadzir, sebab harta orang yang mubadzir itu ditangan walinya.
  4. Baligh. Anak kecil tidaksah jual belinya. Adapun anak yang belum berumnur tapi sudah mengerti menurut sebagian ulama diperbolehkan.
  1. objek akad
  1. Suci, barang najis tidak sah diperjual belikan dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan seperti kulit binatang ayng belum dsamak
  2. Ada manfaatnya. Tidak boleh menjual barang yang tidak ada manfatnya.
  3. Barang dapat diserahkan. Tidak sah menjual barang yang tidak dapat diserahkan kepada pembeli seperti ikan yang masih ada dilaut.
  4. Milik penuh.
  5. Barang tersebut diketahui oleh kedua belah pihak.
  6. Tidak dibatasi waktu. Seperti kujual motor ini kepada tuan selam setahun.maka penjualan tersebut tidak sah
  7. Tidak ditaklitkan pada yang lain seperti kujual motor ini jika ayahku pergi kejakarta.
  1. shighoh
Ijab adalah perkataan penjual seperti contohnya saya jual barang ini sekian. Qabul adlah ucapan pembeli saay terima barang tersebut dengan harga sekian. Menurut ulam lafaz tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut:
  1. keadaan ijab dan qabul berhubungan. Artinya salah satu dari keduanya pantas menjadi jawaban dari yang lain.
  2. Makna keduanya adalah mufakat
  3. Tidak ber0sangkutan dengan yang lain
  4. Tidak berwaktu, artinya tidak ada yang memisahkan antar keduanya
Macam-macam jual beli
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, ditinjau dari hukumnya, jual beli ada dua macam jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum. Dilihat dari segi objeknya dan dari segi pelaku jual beli. Ditinjau dari segi objeknya jual beli dapat dibagi jadi tiga sebagiaman menurut imam taqiyuddin dalam buku kifarat al akhyar hal 329.
  1. jual beli benda kelihatan ialah pada waktu melakukan aqad jual beli benda atau barnag yang diperjualbelikan ada didepan penjual dan pembeli. Seperti jual beli beras dipasar
  2. Jual beli yang disebut sifat sifanya ialah jual beli pesanan (salam) atau tidak kontan.
  3. Jual beli benda yang tidak ada ialah jual beli yang dilarang oleh syara’karena barang tersebut masih gelap dan tidak tentu
Ditinjau dari aqad jual beli terbagi dalam tiga kategori:
  1. akad dengan lisan, ialah akad yang dialakukan oleh kebaynakan orang, abgi orang bisu diganti dengan isyarat.
  2. Akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan atu surat menyurat jual beli smahalnya dengan ijab qabul dengan ucapan.
  3. Jual beli dengan perbuatan, atau dikenal dengan istilah mu’athah yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan kabul. Seperti kita membeli barang di alfamart yang mana barang tersebut sudah ada label/bandrol harganya dankemudian membayarkan kepada kasir.
Ditinjau dari jual beli terlarang dan sah
Selain dari yang diatas ada jual beli yang dilarang juga ada yang batal dan ada pula yang terlarang tapi sah
Jual beli yang dilarang dan batal hukumnya adalah sebagai berikut:
  1. barang-barang yang dihukumi najis oleh agama/syara’ seperti anjing berhala bangkai binatang, khmar. Sabda rosulullah : dari jahir RA rosulullah SAW sesungguhnya allah dan rosulnya telah mnegkharamkan menjual arak, bankai babi dan berhala (HR bukhari muslim)
  2. Jual beli Madhamin ialah menjual sperma hewan, di mana si Penjual membawa hewan pejantan kepada hewan betina untuk dikawinkan. Anak hewan dari hasil perkawinan itu menjadi milik pembeli
  3. Jual beli Malaqih, Menjual janin hewan yang masih dalam kandungan
  4. Jual beli habl hbalah yaitu jual beli anak onta yang masih dalam kandungan. Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah saw telah melarang penjualan sesuatu (anak onta) yang masih dalam kandungan induknya (H.R.Bukhari Muslim)
  5. Yaitu jual beli barang yang tidak diketahui kualitas, jenis, merek atau kuantitasnya. Seperti jual beli murabahah HP Nokia yang tidak dijelaskan tipenya. Jual beli radio yang tidak dijelaskan merknya. Jual beli ini dilarang karena mengandung gharar (tidak jelas, tidak pasti yang mana produk yang mau dibeli) Jual beli majhul yang dilarang adalah jual beli yang dapat menimbulkan pertentangan (munaza’ah) antara pembeli dan penjual. Hukum jual belinya fasid. Apabila tingkat majhulnya kecil sehingga tidak menyebabkan pertentangan, maka jual beli sah (tidak fasid), karena ketidaktahuan ini tidak menghalangi penyerahan dan penerimaan barang, sehingga tercapailah maksud jual beli.
  6. Jual beli muhaqallah yaitu jual tanaman yang masih diladang atau sawah hal ini dilarang karena adanya sangkaan riba
  7. Jual beli mukhadharah, yaitu jual beli buahbuahan yang belum pantas unuk dipanen. Seperti jual beli ijon.
  8. Jual beli mulamasah yaitu jual beli yang dilakukan dnegan sentuh menyentuh barang yang diijual. Contoh anda dating kepasar kemudian menyentuh kain maka anda harus membeli kain itu karena anda telah menyentuhnya.
  9. Jual beli munabadzah, yaitu jual beli dengan cara lempar melempar. Seperti lemparkan lepada apa yang ada padamu nanti aku juga akan melemparkan yang ada padaku. Jira dilakukan maka terjadilah jual belai. Jual beli ini dilarnag karena terdapat maysir dan gharar.
  10. Jual beli zabanah, yaitu jual beli buah yang masih basah dengan buah yang sudah kering. Seperti mensual padi kering dengan padi yang maíz basah.
  11. Jual beli two in one yaitu jual beli dengan menentukan dua harga unuk satu barang
  12. Jual beli bersyarat yaitu jual beli dimana barang akan dijual apabila ada hal lain sebagi syarat. Seperti saya jual barang ini padamu jira kamu jual jammu padaku.
Jual beli yang dilarang oleh syara tapi sah hukumnya, Cuma pelakunya mendpatkan dosa.:
  1.  
    1. hadar libad: yaitu menemui orang orang desa sebelum mereka masuk pasar, dan membeli benda bendanya dengan harga yang semurah-murahnya sebelum mereka tahu harga psaran, kemudian mensual anegan harga yang setinggi tingginya. Perbuatan ini sering terjadi dipsar yang berlokasi diperbatasan daerah. Rosulullah SAW bersabda: tidak boeh menjual orang hadir barang orang dusun (HR bukhari muslim)
    2. talaqqi rubban Praktek ini adalah sebuah perbuatan seseorang dimana dia mencegat orang-orang yang membawa barang dari desa dan membeli barang itu sebelum tiba di pasar. Rasulullah SAW melarang praktek semacam ini dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kenaikan harga. Rasulullah memerintahkan suplay barang-barang hendaknya dibawa langsung ke pasar hingga para penyuplai barang dan para konsumen bisa mengambil manfaat dari adanya harga yang sesuai dan alami.sabda nabi: Janganlah kalian menemui para kafilah di jalan (untuk membeli barang-barang mereka dengan niat membiarkan mereka tidak tahu harga yang berlaku di pasar), seorang penduduk kota tidak diperbolehkan menemui penjual di desa. Dikatakan kepada Ibnu Abbas : “apa yang dimaksud dengan larangan itu?” Ia menjawab:”Tidak menjadi makelar mereka”. (HR.Imam Muslim, Shahih Muslim, Bab Buyu’, Riyadh, Darus Salam, 1998. No hadits 1521
    3. menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain. Seperti orang berkata toilklah harga tawaran itu nanti aku yang membeli dengan harga tyang lebih mahal. Sabda Nabi : tidak boleh menawar diatas tawaran saudaranya (HR bukhari dan muslim)
    4. jual beli najasy yaitu seseorang menambahkan harga temannya dengan maksud memancing mancing orang agar orang aitua membeli barang kawannya, hal ini dilarang syara’ sabda nabi Rosululllah SAW melrang melakukan jual beli dengan najsy (hR Bukhari muslim)
    5. Jual beli hashah (kerikil) ialah jual beli dimana pembeli menggunakan krikil dalam jual beli. Kerikil tersebut dilemparkan kepada berbagai macam barang penjual. Barang yang mengenai suatu barang akan dibeli dan kerika itu terjadilah jual beli. Dari sabda nabi: Dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah saw melarang jual beli hashah dan jual beli gharar. Jual beli hashah ini juga termasuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar